The Essay of Social Psychology about Thesis Procrastinator (Esai Psikologi Sosial tentang Prokrastinator Skripsi)
PROKRASTINATOR SKRIPSI
Muti’ah Isnaeni
G0113071
Mahasiswa Program
Studi Psikologi
Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Skripsi?
Apa itu skripsi? Mungkin istilah ini tidak asing bagi mahasiswa apalagi
mahasiswa tingkat akhir. Ya. Inilah the big challenge-nya mahasiswa untuk bisa
mendapatkan gelar Sarjana S1.
Kakak
tingkat saya pernah curhat bahwa mengerjakan skripsi itu harus sabar dan
istiqomah, kenapa? Karena kita akan mengalami masa - masa kesulitan yang
menantang dalam pengerjaan skripsi ini katanya. Contohnya, kesulitan dalam mencari
judul untuk skripsi, kesulitan mencari buku bacaan dan bahan literatur,
keterbatasan dana, atau sulit menemui dosen pembimbing. Kesulitan-kesulitan
tersebut meningkatkan kerentanan mahasiswa terkena stress, merasa rendah diri,
frustrasi, kehilangan motivasi kemudian yang pada akhirnya menyebabkan
penyusunan skripsi menjadi molor bahkan mungkin tidak terselesaikan.
Mahasiswa
adalah seseorang yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi baik di
universitas, akademi ataupun institut. Kebanggaan sekaligus tantangan bagi
individu ketika berhasil menyandang gelar mahasiswa ini setelah menempuh
pendidikan di bangku SMA. Harapan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
mahasiswa jelas berbeda dengan anak SMA lagi. Diharapkan mahasiswa mampu
membangun dan mensejahterakan bangsa karena mahasiswa merupakan
generasi-generasi muda yang menjadi penerus untuk kemajuan bangsa. Itulah
sebabnya banyak tugas-tugas yang harus dicapai seorang mahasiswa.
Dalam
teori perkembangan Havighurst tugas-tugas perkembangan pada masa ini adalah melakukan
suatu pekerjaan, menikah, membangun suatu keluarga, mendidik anak, memikul tanggung
jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok kelompok
tertentu. Dalam melaksanakan peran tersebut tentulah banyak sekali hambatan dan
tantangannya. Begitu pula sebagai mahasiswa tentulah banyak sekali tugas-tugas
akademik yang harus dikerjakan. Dalam melaksanakan tugas tersebut seringkali
mahasiswa melakukan penundaan pengerjaan tugas.
Keterlambatan
kelulusan mahasiswa juga sangat merugikan Pemerintah yang melakukan subsidi
pendidikan untuk mahasiswa.Dari segi materiil, pemerintah melakukan subsidi
untuk mahasiswa yang terlambat lulus di seluruh Indonesia hingga mencapai 8
triliun rupiah. (Kaltim Post, 21 Desember 2012). Selain itu, kesulitan
penyelesaian skripsi rentan disertai dengan ketidakjujuran akademik seperti
adanya jasa pembuatan skripsi sampai dengan jual beli gelar yang tentu saja
sangat merugikan nama baik Perguruan Tinggi (Pattisina, Febriane & Ivvaty,
2005).
Skripsi
Skripsi
adalah tugas akhir perkuliahan yang harus dihadapi oleh mahasiswa sebagai syarat
mutlak untuk kelulusan seorang mahasiswa dalam menempuh pendidikan S1 dan
mendapat gelar Sarjana. Kebanyakan mahasiswa dalam menghadapi tugas akhir ini
mengalami kesulitan - kesulitan. Hal seperti ini dapat dilihat dari banyaknya
mahasiswa yang lulus tidak tepat pada waktunya bahkan putus kuliah dikarenakan
melakukan penundaan dalam memulai dan mengerjakan skripsi. Penundaan yang
dilakukan oleh mahasiswa ini banyak menimbulkan masalah karena dengan melakukan
penundaan, skripsi tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya sehingga lebih
banyak mengeluarkan biaya, waktu dan kesempatan yang terbuang sia-sia. Kejadian
seperti ini disebut dengan istilah prokrastinasi.
Prokrastinasi
Akademik
Pada
lingkungan akademik juga cukup sering terlihat secara langsung perilaku prokrastinasi
di kalangan mahasiswa. Salah satu tugas akademik yang menjadi sasaran
prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah skripsi. Ellis dan Knaus
(1977) memperkirakan bahwa 95 % mahasiswa melakukan penundaan atau
prokrastinasi yang terlihat dari performansi dalam perkuliahan yang mereka
tunjukkan.
Istilah
prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro”
yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”.
yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi
menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008: 5).
Burka & Yuen (2008: 6), kata prokrastinasi yang ditulis dalam American
College Dictionary, memiliki arti menangguhkan tindakan untuk melaksanakan
tugas dan dilaksanakan pada lain waktu.
Prokrastinasi
akademis merupakan kecenderungan individu untuk menunda untuk memulai atau
menyelesaikan tugas-tugas akademis (Milgram, Batori, &Mowrer, 1993, dalam
Pychyl, 2001). Solomon&Rothblum (1984) menyatakan terdapat 6 area akademik
yaitu tugas mengarang (membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian,
membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar
,menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
Dalam
penelitian Solomon, Rothblum, dan Mukarami tahun 1986 kepada sebanyak 379
subjek yang merupakan mahasiswa, menyatakan bahwa prokrastinasi yang terjadi
pada subjek mahasiswa tergolong tinggi yaitu sebesar 40,6 %. 2 tahun
sebelumnya, mereka melakukan penelitian tentang hal yang sama dan hasilnya
adalah 46% dari 342 subjek paling tinggi melakukan prkastinasi penulisan
makalah. Penelitian ini menggunakan skala yang namanya adalah Procastination
Assessment Scale-Student (PASS) yang dikembangkan oleh Solomon dan Rothblum
sendiri tahun 1984 yang digunakan untuk mengukur faktor penyebab prokrastinasi.
PASS ini masih digunakan hingga sekarang untuk penelitian mengenai prokrastinasi.
Ferrari,
dkk.(1995) menyatakan ciri-ciri prokrastinasi dalam menyusun skripsi adalah
penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan skripsi yang dihadapi,
keterlambatan dalam mengerjakan skripsi, kesenjangan waktu antara rencana dan
kinerja aktual dalam mengerjakan skripsi, dan melakukan aktivitas lain yang
lebih menyenangkan daripada melakukan pengerjaan skripsi yang harus dikerjakan.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
kondisi fisik berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya
fatigue (keletihan). Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang
tidak (Bruno, 1998: Milgram, dalam Ferrari, dkk, 1995). Dan kondisi psikologis,
menurut Milgram, dkk (dalam Rizvi, 1998). Trait kepribadian individu yang turut
mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang
tercernmin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan
sosial.
Faktor
ekternal meliputi gaya pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan. Gaya
pengasuhan orang tua, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferrari dan
Ollivete, mengemukakan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan
munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek
penelitian anak wanita. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance
procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan avoidance procratination pula. Kemudian lingkungan, lingkungan yang
laten procranasi akademik lebih banyak
dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang perlu pengawasan (
Millgram, dkk. Dalam Rizvi,1998). Tingkat atau level sekolah, juga apakah
sekolah terletak di desa ataupun kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi
seseorang.
Ferrari
dkk (1995) menyampaikan bahwa sebagai suatu perilaku prokrastinasi akademik
dapat termanifestasikan dalam indikator tertemtu yang dapat diukur dan diamati.
Adapun ciri-cirinya, yaitu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan
pekerjaan pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam pengerjaan tugas. Orang
yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu
yang dibutuhkan pada umumnya dalam megngerjakan tugas, kesenjangan waktu antara
rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinasi mempunyai kesulitan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang ditentukan sebelumnya, baik
oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendendiri, dan
melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang
harus dikerjakan.
Individu
yang mengalami prokrastinasi atau prokastinator sebenarnya bukan karena
menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapinya. Akan tetapi
hanya saja individu mengalihkan pikiran dan perhatiannya sehingga menunda waktu
mengerjakannya yang menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan skripsi tepat
waktu. Fokus utama dalam diri individu bukan lagi pada kuliah dan menyelesaikan
tugas akhir mereka, tetapi pada kegiatan lain yang lebih menyenangkan. Hal
inilah yang menyebabkan skripsi mereka menjadi terlantar karena mahasiswa lebih
menikmati aktivitas lain yang dianggap membawa kesenangan bagi mereka ketimbang
harus menyelesaikan tugas akhirnya, sehingga disisi lain mereka juga menganggap
tugas akhir kuliah dapat dikerjakan kapan saja karena tidak memiliki batasan
waktu yang telah ditentukan.
Daftar
Pustaka
Ejournal
Psikologi, 2013, 1 (3): 280-291. Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan
Prokrastinasi Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman Samarinda. Kumala Ayu Triana.
Universitas Mulawarman Samarinda.
Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universita sSurabaya Vol. 1 No. 1 (2012). Prokrastinasi dan Task
Aversiveness Tugas Makalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya. Dianrika Premadyasari. Universitas Surabaya.
Makara Seri
Sosial Humaniora, 2013, 17(1): 1-18. Prokrastinasi Akademik dan Self-Control
pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Nela Regar
Ursia, Ide Bagus Siaputra*, dan Nadia Sutanto. Universitas Surabaya.
Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember2006. Prokrastinasi
Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Stres Mahasiswa. Rumiani.
Universitas Islam Indonesia.
Mu’tadin,
Zainun. (2002). Kesulitan
menulis skripsi. http://www.e-psikologi.com/lain-lain/zainun.htm
Prosiding
SnaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. Gambaran Faktor Penyebab Prokrastinasi
pada Mahasiswa Prokastinator yang Mengontrak Skripsi. Siti Qadariyah,
Sukati Hilmi Manan, Dwi Prameisi Ramdhayani. Universitas Islam Bandung.