Selasa, 03 April 2018

KOST PUTRI "Kota Pekalongan", Harga Murah



Kost PUTRI cocok untuk Anda (perempuan) yang kini sedang kuliah maupun bekerja di Kota Pekalongan. Dengan harga yang relatif terjangkau yaitu 275.000,- per bulan, Anda mendapatkan fasilitas yang insyaAllah lengkap, seperti tempat tidur luas, meja, almari pakaian, kamar mandi luar dan bagi Anda yg hobi masak juga tersedia dapur disini. KOST Putri terletak di dekat pusat kota yang sangat strategis, yaitu di Jl. KHM Mansur, Bendan Kergon Gang 2 No. 12 Kota Pekalongan. KOST PUTRI ini kamarnya tegolong cukup luas yaitu 3x3 m. Disini terdiri dari 3 kamar dan memiliki tempat parkir yang luas. Jika Anda berminat langsung saja Hubungi Bapak Yusuf 08156594961 (Telp / Sms / WA) / Saudara Ian 089671827503 (Telp / Sms / WA)

Minggu, 17 Januari 2016

KOST PUTRA "Kota Pekalongan", Harga Murah

Kost PUTRA cocok untuk Anda (Laki-laki) yang kini sedang kuliah maupun bekerja di Kota Pekalongan. Dengan harga yang relatif terjangkau yaitu 250.000,- per bulan, Anda mendapatkan fasilitas yang insyaAllah lengkap, seperti tempat tidur luas, meja, almari pakaian, dan kamar madi dalam, serta dilengkapi pula tempat nonton TV bersama. KOST Putra terletak di dekat pusat kota yang sangat strategis, yaitu di Jl. KHM Mansur, Bendan Kergon Gang 2 No. 20 Kota Pekalongan. KOST PUTRA ini kamarnya tegolong cukup luas dengan suasana diluar kos yang terbuka (tidak pengap karena di dalam rumah). Disini terdiri dari 9 kamar dan meiliki tempat parkir yang luas. Jika Anda berminat langsung saja Hubungi Bapak Yusuf 08156594961 (HP) / (0285) 428291 (Telpon Rumah).

Halaman KOS yang Asri

Fasilitas Meja

Tempat Nonton TV Bersama

TV

Kamar Kos-Kamar Mandi Dalam


Fasilitas Almari, Capstock

Tempat Tidur


So, tunggu apa lagi.... silahkan datang langsung atau hubungi Bp. Yusuf di 08156594961 atau (0285)428291.

Kamis, 13 November 2014

The Essay of Social Psychology about Thesis Procrastinator (Esai Psikologi Sosial tentang Prokrastinator Skripsi)

The Essay of Social Psychology about Thesis Procrastinator (Esai Psikologi Sosial tentang Prokrastinator Skripsi)

PROKRASTINATOR SKRIPSI
Muti’ah Isnaeni
G0113071
Mahasiswa Program Studi Psikologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Skripsi? Apa itu skripsi? Mungkin istilah ini tidak asing bagi mahasiswa apalagi mahasiswa tingkat akhir. Ya. Inilah the big challenge-nya mahasiswa untuk bisa mendapatkan gelar Sarjana S1.
Kakak tingkat saya pernah curhat bahwa mengerjakan skripsi itu harus sabar dan istiqomah, kenapa? Karena kita akan mengalami masa - masa kesulitan yang menantang dalam pengerjaan skripsi ini katanya. Contohnya, kesulitan dalam mencari judul untuk skripsi, kesulitan mencari buku bacaan dan bahan literatur, keterbatasan dana, atau sulit menemui dosen pembimbing. Kesulitan-kesulitan tersebut meningkatkan kerentanan mahasiswa terkena stress, merasa rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi kemudian yang pada akhirnya menyebabkan penyusunan skripsi menjadi molor bahkan mungkin tidak terselesaikan.
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi baik di universitas, akademi ataupun institut. Kebanggaan sekaligus tantangan bagi individu ketika berhasil menyandang gelar mahasiswa ini setelah menempuh pendidikan di bangku SMA. Harapan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh mahasiswa jelas berbeda dengan anak SMA lagi. Diharapkan mahasiswa mampu membangun dan mensejahterakan bangsa karena mahasiswa merupakan generasi-generasi muda yang menjadi penerus untuk kemajuan bangsa. Itulah sebabnya banyak tugas-tugas yang harus dicapai seorang mahasiswa.
Dalam teori perkembangan Havighurst tugas-tugas perkembangan pada masa ini adalah melakukan suatu pekerjaan, menikah, membangun suatu keluarga, mendidik anak, memikul tanggung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok kelompok tertentu. Dalam melaksanakan peran tersebut tentulah banyak sekali hambatan dan tantangannya. Begitu pula sebagai mahasiswa tentulah banyak sekali tugas-tugas akademik yang harus dikerjakan. Dalam melaksanakan tugas tersebut seringkali mahasiswa melakukan penundaan pengerjaan tugas.
Keterlambatan kelulusan mahasiswa juga sangat merugikan Pemerintah yang melakukan subsidi pendidikan untuk mahasiswa.Dari segi materiil, pemerintah melakukan subsidi untuk mahasiswa yang terlambat lulus di seluruh Indonesia hingga mencapai 8 triliun rupiah. (Kaltim Post, 21 Desember 2012). Selain itu, kesulitan penyelesaian skripsi rentan disertai dengan ketidakjujuran akademik seperti adanya jasa pembuatan skripsi sampai dengan jual beli gelar yang tentu saja sangat merugikan nama baik Perguruan Tinggi (Pattisina, Febriane & Ivvaty, 2005).
Skripsi
Skripsi adalah tugas akhir perkuliahan yang harus dihadapi oleh mahasiswa sebagai syarat mutlak untuk kelulusan seorang mahasiswa dalam menempuh pendidikan S1 dan mendapat gelar Sarjana. Kebanyakan mahasiswa dalam menghadapi tugas akhir ini mengalami kesulitan - kesulitan. Hal seperti ini dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa yang lulus tidak tepat pada waktunya bahkan putus kuliah dikarenakan melakukan penundaan dalam memulai dan mengerjakan skripsi. Penundaan yang dilakukan oleh mahasiswa ini banyak menimbulkan masalah karena dengan melakukan penundaan, skripsi tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya sehingga lebih banyak mengeluarkan biaya, waktu dan kesempatan yang terbuang sia-sia. Kejadian seperti ini disebut dengan istilah prokrastinasi.
Prokrastinasi Akademik
Pada lingkungan akademik juga cukup sering terlihat secara langsung perilaku prokrastinasi di kalangan mahasiswa. Salah satu tugas akademik yang menjadi sasaran prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah skripsi. Ellis dan Knaus (1977) memperkirakan bahwa 95 % mahasiswa melakukan penundaan atau prokrastinasi yang terlihat dari performansi dalam perkuliahan yang mereka tunjukkan.
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008: 5). Burka & Yuen (2008: 6), kata prokrastinasi yang ditulis dalam American College Dictionary, memiliki arti menangguhkan tindakan untuk melaksanakan tugas dan dilaksanakan pada lain waktu.
Prokrastinasi akademis merupakan kecenderungan individu untuk menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugas akademis (Milgram, Batori, &Mowrer, 1993, dalam Pychyl, 2001). Solomon&Rothblum (1984) menyatakan terdapat 6 area akademik yaitu tugas mengarang (membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar ,menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan.
Dalam penelitian Solomon, Rothblum, dan Mukarami tahun 1986 kepada sebanyak 379 subjek yang merupakan mahasiswa, menyatakan bahwa prokrastinasi yang terjadi pada subjek mahasiswa tergolong tinggi yaitu sebesar 40,6 %. 2 tahun sebelumnya, mereka melakukan penelitian tentang hal yang sama dan hasilnya adalah 46% dari 342 subjek paling tinggi melakukan prkastinasi penulisan makalah. Penelitian ini menggunakan skala yang namanya adalah Procastination Assessment Scale-Student (PASS) yang dikembangkan oleh Solomon dan Rothblum sendiri tahun 1984 yang digunakan untuk mengukur faktor penyebab prokrastinasi. PASS ini masih digunakan hingga sekarang untuk penelitian mengenai prokrastinasi.
Ferrari, dkk.(1995) menyatakan ciri-ciri prokrastinasi dalam menyusun skripsi adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan skripsi yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan skripsi, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dalam mengerjakan skripsi, dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan pengerjaan skripsi yang harus dikerjakan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue (keletihan). Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak (Bruno, 1998: Milgram, dalam Ferrari, dkk, 1995). Dan kondisi psikologis, menurut Milgram, dkk (dalam Rizvi, 1998). Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercernmin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.
Faktor ekternal meliputi gaya pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan. Gaya pengasuhan orang tua, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferrari dan Ollivete, mengemukakan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak wanita. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan avoidance procratination pula. Kemudian lingkungan, lingkungan yang laten procranasi  akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan  daripada lingkungan yang perlu pengawasan ( Millgram, dkk. Dalam Rizvi,1998). Tingkat atau level sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang.
Ferrari dkk (1995) menyampaikan bahwa sebagai suatu perilaku prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertemtu yang dapat diukur dan diamati. Adapun ciri-cirinya, yaitu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam pengerjaan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam megngerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinasi mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang ditentukan sebelumnya, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendendiri, dan melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Individu yang mengalami prokrastinasi atau prokastinator sebenarnya bukan karena menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapinya. Akan tetapi hanya saja individu mengalihkan pikiran dan perhatiannya sehingga menunda waktu mengerjakannya yang menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan skripsi tepat waktu. Fokus utama dalam diri individu bukan lagi pada kuliah dan menyelesaikan tugas akhir mereka, tetapi pada kegiatan lain yang lebih menyenangkan. Hal inilah yang menyebabkan skripsi mereka menjadi terlantar karena mahasiswa lebih menikmati aktivitas lain yang dianggap membawa kesenangan bagi mereka ketimbang harus menyelesaikan tugas akhirnya, sehingga disisi lain mereka juga menganggap tugas akhir kuliah dapat dikerjakan kapan saja karena tidak memiliki batasan waktu yang telah ditentukan.

Daftar Pustaka
Ejournal Psikologi, 2013, 1 (3): 280-291. Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Prokrastinasi Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman Samarinda. Kumala Ayu Triana. Universitas Mulawarman Samarinda.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universita sSurabaya Vol. 1 No. 1 (2012). Prokrastinasi dan Task Aversiveness Tugas Makalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Dianrika Premadyasari. Universitas Surabaya.

Makara Seri Sosial Humaniora, 2013, 17(1): 1-18. Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Nela Regar Ursia, Ide Bagus Siaputra*, dan Nadia Sutanto. Universitas Surabaya.

Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember2006. Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Stres Mahasiswa. Rumiani. Universitas Islam Indonesia.

Mu’tadin, Zainun. (2002). Kesulitan menulis skripsi. http://www.e-psikologi.com/lain-lain/zainun.htm

Prosiding SnaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. Gambaran Faktor Penyebab Prokrastinasi pada Mahasiswa Prokastinator yang Mengontrak Skripsi. Siti Qadariyah, Sukati Hilmi Manan, Dwi Prameisi Ramdhayani. Universitas Islam Bandung.


Jumat, 05 September 2014

Essay Esai Psikologi Sosial tentang Conformity "Kamu Cantik deh kalo Pakai Jilbab! Sebuah Konformitas"



Kamu Cantik deh kalo Pakai Jilbab! Sebuah Konformitas
Muti’ah Isnaeni
G0113071
Mahasiswa Program Studi Psikologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sekarang ini jilbab merupakan gaya hidup yang tren dan umum di kalangan remaja muslim putri. Tidak seperti jaman ibu saya, jilbab hanya digunakan oleh wanita muslim tertentu dan itu pun masih dianggap asing dan kuno di masyarakat. Dengan berbagai model yang tidak hanya memenuhi syar’i tetapi juga mengikuti jaman fashoin masa kini membuat jilbab kian digemari. Ditambah dengan warna-warni jilbab dan asesoris yang menghiasinya, seakan bisa menambah percaya diri para penggunanya.
Kita tahu manusia adalah makhluk yang bersifat individual sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Begitu pula remaja, mereka mempunyai motif untuk selalu terikat dan berinteraksi di lingkungan sosialnya. Namun, menurut saya kebanyakan dari mereka lebih suka membuat kelompok-kelompok bermain tertentu yang seusia dengan mereka sebagai lingkungan sosialnya dibanding berinteraksi dengan orang yang lebih tua maupun lebih muda darinya.

Sadar atau tidak, kelompok bermain sebaya ini memiliki pengaruh yang besar untuk bisa mengubah perilaku kita. Mengapa? Karena tadi, kita memiliki keinginan untuk bersama dan berinteraksi dengan orang lain. Supaya keinginan itu terwujud kita mau tidak mau harus mematuhi norma – norma dan menyesuaikan perilaku kita di kelompok tersebut. Perubahan perilaku ini disebut konformitas. Seperti  pendapat Kiesler dan Kiesler (dalam Rakhmat, 2000) menyatakan konformitas adalah perubahan perilaku atau keyakinan ke arah kelompok sebagai akibat tekanan dan tuntutan kelompok, baik tuntutan yang nyata maupun tuntutan yang hanya dibayangkan saja. Dengan mengubah perilaku kita menjadi selaras dengan kelompok tertentu akan membuat kita lebih nyaman dan menghindarkan kita dari celaan dalam kelompok tersebut. Nah, berhubungan dengan perilaku remaja yang sekarang ini memakai jilbab yang bermodel-model, kemungkinan faktor tekanan dari kelompok bermain sebaya bisa menjadi alasannya.
 

Sekarang pertanyaannya adalah manakah alasan utama remaja muslim putri memutuskan untuk berjilbab? Sebagai jembatan agar mau berjilbab tanpa takut dibilang kuno? Ataukah adanya tekanan untuk berjilbab dari kelompok bermain sebayanya? 

Teori Konformitas, Penyesuaian Diri Paling Aman
 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuatnya konformitas dalam suatu kelompok yang mempengaruhi perilaku individu. Penelitian ini dipelopori oleh Solomon Asch pada tahun 1951 (1951, 1955 dalam Baron, Branscombe, Byrne,2008). Asch melakukan eksperimen dengan cover story partisipan akan ikut serta dalam tes psikologi tentang penilaian visual. Partisipan sebelumnya diberikan 2 kartu yang gambarnya garis, kartu pertama berisi 1 garis standar dan yang lain berisi beberapa garis yang panjangnya berbeda. Mereka kemudian diberi pertanyaan, “Mana garis yang sama dengan garis standar ?”
Eksperimen ini dimulai ketika 8 orang partisipan masuk ke dalam ruangan.  Namun sesungguhnya 7 partisipan diantaranya merupakan confederates , yaitu asisten peneliti yang bertugas “membelokan” jawaban si partisipan yang asli. Jawaban dari pertanyaan diatas disampaikan secara verbal oleh seluruh partisipan dan secara sengaja partisipan yang asli diletakkan di urutan terakhir untuk menjawab. Skenario berjalan, confederate diminta Asch untuk memberikan jawaban dengan suara lantang sebelum partisipan memberikan jawabannya. Para confederates memberikan jawaban salah yaitu “B” sedangkan partisipan memberikan jawaban benar yaitu “C”. Hal ini dilakukan berulang kali hingga 18 kali. Pada waktu tertentu partisipan yang tadinya memberikan jawaban yang benar kemudian beralih mengikuti jwaban mayoritas di sekelilingnya. Dari seluruh partisipan yang terlibat dalam eksperimen ini, 76% mengikuti jawaban salah dari confederates. Ketika para partisipan ditanyai setelah eksperimen ini, sebagian besar dari mereka mengaku tidak sreg pada jawaban mayoritas namun tetap menjawab B karena takut dianggap aneh atau dicemooh. Sedangkan sebagian kecil dari mereka berkata kalau mereka benar-benar mengira bahwa jawaban B adalah benar padahal itu jelas – jelas salah.
Dari eksperimen yang dilakukan oleh Solomon Asch ini membuktikan bahwa seseorang cenderung melakukan konformitas di tengah tekanan kelompok yang mereka rasakan  dan mengikuti penilaian orang lain untuk menghindari celaan kelompok kepadanya.
Sarwono menjelaskan konformitas merupakan bentuk perilaku sama dengan orang lain, yang didorong dengan keinginan diri sendiri. Konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok. Dasar utama dari konformitas adalah ketika inidvidu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang (Siswati dan Masykur, 2011). Menurut penelitian Ross, Bierbaner & Stoffman (1976) : apabila ada perbedaan pendapat antara seseorang dengan kelompoknya, akan timbul perasaan tidak enak dalam diri orang tersebut. Dalam kondisi yang demikian, jalan yang paling aman adalah konformi. Kecenderungan demikian ini dapat terjadi apabila individu tersebut tidak dapat memberikan jawaban yang rasional, mengapa ada perbedaan pendapat seperti itu.

Setelah kita memahami eksperimen tentang konformitas diatas, betapa kuatnya pengaruh sosial terhadap perilaku yang muncul di diri kita sampai-sampai pengaruh tersebut bisa membutakan kita atas jawaban mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi ajakan untuk berjilbab, hal ini memang sudah kewajiban seorang muslim untuk melaksanakannya ditambah lagi pengaruh sosial kelompok yang kebanyakan dari mereka berjilbab. Maka akan sangat mudah remaja melakukan konformitas memakai jilbab karena anggota yang lain sudah menggunakan jilbab duluan. Dibalik hebatnya konformitas ini pasti ada faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan teori ini. Menurut saya ada 4 faktor terbesar, antara lain:

Pertama, besar kecilnya kelompok. Semakin besarnya ukuran kelompok akan membuat konformitas semakin mudah terjadi. Bayangkan jika eksperimen tadi hanya ada 1 confederate. Partisipan yang asli beranggapa bahwa orang itu yang salah, tapi jika jumlah confederate ditambah menjadi 7 maka partisipan tersebut akan berpikir apakah dirinya salah. Jadi, ukuran kelompok mempengaruhi tekanan yang dirasakan individu untuk bersikap konformi atau tidak. Begitu pula dalam kelompok remaja yang katanya alim, modis/fashionable dan berjilbab. Semakin banyak anggota di kelompok tersebut maka semakin besar individu untuk melakukan konformitas.

Kedua, kekonsistenan perilaku kelompok. Setiap confederate dalam eksperimen ini bertugas secara konsisten untuk memberikan jawaban yang salah. Secara otomatis partisipan akan merasa bingung sekaligus tertekan dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pendapatnya. Maka untuk mengatasinya partisipan akan melakukan konformitas dengan pendapat orang lain. Seorang yang memutuskan untuk memakai jilbab yang fasionable pasti sebelumnya melihat kekonsistenan anggota kelompok dahulu. Satu saja anggota kelompok yang tidak konsisten akan mengurangi tingkat konformitas pada individu tersebut begitu pula sebaliknya.

Ketiga, komitmen kepada kelompok. Commitment (Komitmen) adalah kekuatan baik itu positif atau negatif, yang membuat individu tetap berhubungan atau tetap setia dalam kelompok. Kekuatan positif yang memancing individu untuk masuk ke dalam kelompok remaja muslim yang berjilbab adalah rasa suka karena kelompok tersebut memiliki tujuan yang baik, kelompok tersebut sangat fashionable dan modis, dll. Semakin besar komitmen seseorang terhadap kelompok, semakin besar tekanan ke arah konformitas terhadap standar kelompok.

Keempat, Kepercayaan diri. Dalam eksperimen diatas, banyak diantara partisipan yang goyah akan pendiriannya menjawab benar pertanyaan dikarenakan confederate kebanyakan menjawab yang salah. Kegoyahan inilah yang memicu partisipan untuk mengevaluasi jawabannya kembali. Seperti yang dijelaskan pada Social Comparison Theory oleh Leon Festinger (dalam Calhoun, 1990). Teori ini beranggapan bahwa individu mengevaluasi pendapat atau penilaiannya sendiri dengan membandingkan dengan pendapat atau penilaian orang lain. Menurut teori ini pula seorang akan konform dengan kelompoknya jika ia menilai bahwa kelompok tersebut adalah benar dan dia merasa takut kalau ditolak. Jadi, semakin rendah kepercayaan diri seseorang akan semakin mengarahkan perilakunya ke arah konform dengan kelompoknya. Sama halnya jika kita dalam kelompok remaja yang berjilbab modis sedang kita sebagai anggota tidak berjilbab aau berjilbab tapi kuno. Pasti akan tibul perasaan tidak percaya diri karena kita berbeda dari yang lain. Maka, untuk mengatasinya kita melakukan konformitas untuk menaikkan percaya diri kita dalam kelompok tersebut.

Daftar Pustaka
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 01, No.01, Januari 2013. Konsep Diri dengan Konformitas pada Komunitas Hijabers. Mutia Andriani. Universitas Muhammadiyah Malang.
Hand-out Psikologi Sosial #9 Pengaruh Sosial 2008. Universitas Gadjah Mada.


KARYA TULIS "HIPNOSIS SEBAGAI MEDIA PENYEMBUHAN INSOMNIA"



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang ditandai dengan sulit tidur. Orang dengan insomnia memiliki satu atau lebih dari gejala seperti, sering bangun pada malam hari dan mengalami kesulitan untuk tidur kembali, bangun terlalu dini di pagi hari, dan merasa lelah setelah bangun. Ada dua macam gangguan tidur yaitu kesulitan memulai tidur (initial insomnia), biasanya disebabkan oleh adanya gangguan emosi/ketegangan dan bangun terlalu awal (early awakening), yaitu dapat memulai tidur dengan normal namun bangun lebih awal dari waktu tidur biasanya, dan biasanya tidak bisa tidur lagi.
Menurut Amerika Serikat Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan pada tahun 2007, sekitar 64 juta orang Amerika menderita insomnia secara teratur setiap tahun. Insomnia adalah 1,4 kali lebih umum pada wanita dibandingkan pada pria.
Terdapat banyak sekali cara untuk mengatasi insomnia, di pasaran Indonesia sudah dijual obat tidur bermerek lelap, beberapa herbal dan pengobatan tradisional juga dikatakan dapat membantu menyelesaikan masalah insomnia. Dan sekarang ini hypnosis menjadi salah satu cara yang lumayan populer dalam membantu orang untuk mengatasi masalah insomnia, khususnya karena hipnotis tidak memberikan efek samping seperti obat.
Istilah hypnosis berasal dari kata hypnos yang merupakan nama dewa tidur orang Yunani. Kata hypnos dipilih karena seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis kelihatannya seperti tidur. Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur tidak menyadari apa yang sedang dialami dan tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.
Berdasarkan fenomena tersebut, penyusun membuat karya tulis ilmiah ini agar para pembaca dapat lebih memahami aplikasi hipnosis dalam penyembuhan insomnia.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah insomnia itu?
2.      Apakah metode hipnosis dapat menyembuhkan insomnia?
3.      Bagaimana keefektifan penggunaan metode hipnosis untuk menyembuhkan insomnia?

C.      Tujuan
1.      Mengetahui definisi insomnia.
2.      Mengetahui bahwa metode hipnosis dapat menaggulangi insomnia.
3.      Mendeskripsikan keefektifan penggunaan metode hipnosis untuk menyembuhkan insomnia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Insomnia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Insomnia adalah keadaan tidak dapat tidur karena gangguan jiwa. Insomnia atau gangguan sulit tidur merupakan suatu keadaan seseorang dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Penderita insomnia sebelum tidur biasanya merasa gelisah, cemas, dan takut yang menyebabkan mereka tidak bisa tidur nyenyak.
The National Sleep Foundation 2002''Tidur''jajak pendapat di Amerika menunjukkan bahwa 58% orang dewasa di AS mengalami gejala insomnia beberapa malam seminggu atau lebih. Meskipun insomnia adalah masalah tidur yang paling umum di antara sekitar satu setengah dari orang dewasa yang lebih tua (48%), mereka kurang mungkin mengalami gejala sering insomnia daripada rekan-rekan mereka yang lebih muda (45% vs 62%), dan gejala mereka lebih cenderung berhubungan dengan kondisi medis, menurut jajak pendapat 2003 orang dewasa berusia antara 55 dan 84.
Di Amerika Serikat telah merekomendasikan sebuah obat yang disebut suvorexant, dibuat oleh Merck, sebuah perusahaan farmasi di Whitehouse Station, New Jersey untuk menjadi obat insomnia. Jika disetujui oleh pemerintah Amerika Serikat, itu akan menjadi obat insomnia yang  memblokir obat sebelumnya yaitu orexin, suatu neurotransmitter yang mengatur siklus tidur-bangun.

B.       Definisi Hipnosis
Hipnosis adalah suatu kondisi mental (menurut state theory) atau diberlakukannya peran imajinatif (menurut non-state theory). Orang yang melakukan proses hipnosis (memberikan sugesti) terhadap subjek disebut hipnotis. Hipnosis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnosis, yang umumnya terdiri dari rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti hipnosis dapat disampaikan oleh seorang hipnotis di hadapan subjek, atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek (Self-hipnosis). Penggunaan hipnosis untuk terapi disebut hipnoterapi, sedangkan penggunaannya sebagai bentuk hiburan bagi penonton dikenal sebagai Stage hipnosis.
Di sebuah sumber Kihlsrtom (1985:385) mendefinisikan hipnosis adalah suatu interaksi sosial di mana seseorang (dinamakan subjek) berespon terhadap sugesti yang diberikan oleh orang lain (dinamakan ahli hipnotis) untuk pengalaman yang melibatkan perubahan persepsi, memori dan tindakan volunter.
Ada beberapa definisi hipnosis yang dibuat oleh para ahli di bidang ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.        Hipnosis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada seseorang, di mana seseorang yang dihipnosis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan.
2.        Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari alpha menjadi beta dan theta.
3.        Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hipnotis
Dalam sebuah buku Atkinson, et  (2010:392) mengatakan bahwa dalam hipnosis, subjek yang menurut dan kooperatif melepaskan kendali terhadap perilakunya kepada ahli hipnosis dan menerima distorsi realita. Ahli hipnosis menggunakan berbagai metode untuk menginduksi kondisi ini. Sebagai contohnya, subjek diminta mengkonsentrasikan semua pikirannya pada seuah sasaran kecil sambil secara parlahan – lahan menjadi relaks. Sugesti mengantuk dapat dibuat karena , seperti tidur, hipnosis adalah keadaan relaks dimana seseorang tidak berhubungan dengan tuntutan lingkungan yang lazim.

C.      Aplikasi Hipnosis dalam Penyembuhan Insomnia
Penggunaan metode hipnosis dalam penyembuhan insomnia bisa dilakukan dengan cara “Self Hypnosis”. Self Hypnosis adalah menghipnosis diri sendiri dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi dan dalam hal ini adalah menyembuhkan sulit tidur atau insomnia.
Kebanyakan dari penderita insomnia merasa panik dan khawatir akan ketidakmampuan mereka untuk tidur. Mereka takut terhadap dampak yang ditimbulkan insomnia ini akan menganggu aktivitas mereka, kesehatan mereka, dan lebih parah lagi bisa menyebabkan kematian. Karena insomnia juga berawal dari kekhawatian, kecemasan dan permasalahan ditambah lagi dengan mengerikannya dampak yang ditimbulkan, penderita insomnia semakin hari semakin parah. Maka dari itu, kita harus mengubah dulu mindsetnya sebelum melakukan Self Hypnosis. 
Hal – hal  berikut ini sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan bagi pasien insomnia jika ingin melakukan Self Hypnosis, yaitu bahwa :
1.        Tidak pernah ada seorang pun yang meninggal dunia karena kekurangan waktu untuk tidur, karena biasanya kalau kita kurang tidur malam ini keesokan harinya kita akan tidur lebih banyak, akhirnya keseimbangan atau kebutuhan tidur akan tercukupi juga.
2.        Seseorang memiliki siklus kelelahan antara 4 sampai dengan 6 jam dan butuh istirahat /tidur. Jika  kita dapat beristirahat/tidur maka energi akan pulih kembali.
3.        Obat tidur bisa digunakan untuk membantu seseorang untuk tertidur. Namun, obat - obatan semacam itu biasanya memiliki efek samping yang kurang baik bagi tubuh atau menimbulkan masalah kesehatan lainnya.
Inti dari bahan pertimbangan atau pemikiran ini adalah bahwa insomnia adalah bukan masalah besar dan akan mudah diatasi, asal penderita mau merubah mindsetnya.
Berikut adalah cara untuk membantu mengatasi insomnia sebelum Self Hypnotis dilaksanakan:
1.        Menentukan jam tidur normal dan mandi dengan air hangat 1 jam sebelumnya.
2.        Minum minuman hangat sebaiknya susu coklat.
3.        Jangan pikirkan apa yang akan dilakukan besok, kalau mengganggu pikiran  maka tulislah semua itu diatas kertas atau buku harian ,kemudaian simpan dan lupakan.
4.        Menjauhi hal - hal yang bisa menggoda. Pergilah ke tempat tidur dengan pikiran kosong, kalau harus membaca maka bacalah buku yang membosankan agar cepat tertidur.
5.        Menjadikan tempat tidur hanya untuk tidur, artinya kalau hendak tidur semua gangguan harus jauh dari tempat tidur.
6.        Sebaiknya pergi ke tempat tidur 20 menit sebelum berharap tertidur dan katakan saya mau tidur, tidak ada lagi yang perlu saya pikirkan dan tidurlah.
7.        Membuat  kamar tidur setenang mungkin.
8.        Mendegarkan instrumentalia (musik tanpa syair) yang lembut, merdu dan bisa mengantarkan ke peraduan.
Jika semua ini ternyata gagal membuat s eseorang mudah tertidur berarti orang tersebut memang punya masalah yang yang perlu dituntaskan dengan hipnosis. Penderita insomnia bisa melakukannya sendiri (Self Hypnosis) atau
dengan bantuan hypnotirapist.
Cara Self Hypnosis adalah sebagai berikut :
1.        Berbaring dengan nyaman di sofa atau tempat tidur dan jauh dari gangguan.
2.        Berusaha untuk melihat diri sendiri yang sedang berbaring dan mengatakan :
Saya akan mulai berhitung dari 1 sampai ke 5 dan pada hitungan ke 5 seluruh otot - otot tubuhku akan lemas, makin lama makin lemas, mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kai terasa lemas.
3.      Jika betul - betul telah merasa lemas dan badan sudah tidak bisa digerakkan lagi, itu tandanya penderita insomnia sudah masuk ke posisi hypnosa (terhipnotis) dan ia mulai bisa membuat sugesti sebagai berikut :
Aku perintahkan kepada diriku, mataku, setiap kali aku melihat bantal, diriku akan mengantuk sekali dan aku akan segera tertidur.
Katakan kalimat itu berulang - ulang sampai diri sendiri yakin bahwa kalimat itu sudah merasuk kedalam alam pikiran bawah sadarnya (Your Sub Conscious Mind) dan kalau benar maka, itulah yang akan menjadi kenyataan.
4.        Misalnya pasangan penderita insomnia mendengkur maka sugestinya berbunyi sebagai berikut :
Saya perintahkan pada diri saya sendiri, apabila saya melihat dan mendengar (Suami/Isteri) saya mendengkur maka, diri saya secara otomatis akan mengantuk luar biasa dan segera tertidur.
5.        Jika penderita insomnia menggunakan musik audio therapi lakukan sugesti yang berbunyi seperti ini:
Suara lagu ini membuat saya terkantuk, setiap nafas yang saya hirup membuat saya terkantuk, dan semakin mengantuk, saya rasakan rasa kantuk yang luar biasa dan segera tertidur.
Penderita insomnia harus bersungguh – sungguh dan yakin bahwa mereka akan sembuh dari insomnianya. Bila sudah tercapai keyakinan yang kuat niscaya sugesti – sugesti yang diberikan akan efektif dan bekerja dengan baik hingga akhirnya si penderita insomnia tersebut bisa tidur dengan nyenyak.
Sederhana sekali penggunaan hopnosis ini untuk menyembuhkan insomnia, memang sesederhana itu. Sama halnya ketika mengobati orang yang phobia, misalnya takut sama laba laba, dalam hitungan menit bisa sembuh total, cukup satu sesi saja sudah dapat menyelesaikan masalahnya. Maka dari itu,  di dalam ilmu hipnotis selalu didengungkan : “Your Mind Is Your Life”. Kehidupan kita tergantung kita menyikapinya, kalau kita berpikir api itu dingin maka api itu tidak akan terasa panas.
  

 
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.      Simpulan
Berdasarkan pembahasan aplikasi hipnosis dalam penyembuhan insomnia di atas, penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1.        Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang ditandai dengan sulit tidur.
2.        Penggunaan metode hipnosis dapat menyembuhkan gangguan sulit tidur atau insomnia.
3.        Untuk menyembuhkan insomnia, penggunaan hipnosis lebih efektif dan lebih baik daripada obat – obatan karena selain dapat melakukannya sendiri dengan Self Hypnosis, penggunaan hipnosis tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.

B.       Saran
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai alternatif  dalam penyembuhan insomnia selain menggunakan obat – obatan. Setelah karya tulis imiah ini disusun, penyusun memberikan saran sebagai berikut.
1.        Masyarakat khususnya penderita insomnia sebaiknya menggunakan metode hipnosis ini dalam rangka penyembuhan insomnia.
2.        Sebaiknya penderita insomnia jangan terlalu khawatir dampak insomnia dan segera mengubah mindset-nya bahwa insomnia ini adalah gangguan tidur biasa dan mudah disembuhkan. Sehingga insomnia ini menjadi benar – benar mudah untuk disembuhkan.
  

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson (et al) Pengantar Psikologi Jilid 1. (Penterjemah: Wijaya Kusuma)
http://www.duniahipnotis.com/about-hypnosis/whats-new-in-15/cases/108-mengatasi-insomnia-dengan-hipnoterapi.html
http://www.klinikhipnotis.com//frm48/hipnoterapi/trd2659/self_hipnosis_hypnosis_dan_cara_atasi_insomnia_praktis/main.html
http://www.news-medical.net/health/Insomnia-What-is-Insomnia-%28Indonesian%29.aspx
http://restisastra03.blogspot.com/2012/01/insomnia.html