Jumat, 28 Februari 2014

CELOTEH SELENDANG TUA (the babble of old shawl)

hari ini Lala ngambek karena ibunya tak membelikannya hand phone keluaran terbaru itu
ia lalu mengurung diri di kamarnya sambil mengomel ngga jelas
terdengar suara barang berjatuhan di kamarnya, glubrak glubrak glubrak..!!!
Lala benar benar marah, semua isi di lemarinya ia lempar
sampai ia temukan di tumpukan bajunya yang paling bawah
ada sebuah selendang tua.

Heii.. kau, ya kau yang daritadi menggerutui keadaan
sadarkah kau apa yang telah kau lakukan?
kau buat mutiara nan suci itu terbuang percuma
ya, percuma
bagi anak yang tak tahu dan tak mau tahu

tahukah kau dulu,
ada seorang malaikat dengan kasih sayang merawatmu
malaikat itu menghadiahkanmu "aku" sebuah selendang
yang melindungimu dari panas dan dinginnya udara
bahwa ia tahu ia akan kepanasan dan kedinginan ketika tak menggunakanku
bahwa ia tahu ia tidak akan bisa ke kahyangan tanpa aku
hanya kaulah yang dia kasihi
Kaulah amanah-Nya
Kaulah cintanya
Kaulah hidupnya

Hingga suatu saat
Tuhan ingin malaikat itu kembali dengan segera
ia belum sempat memberikan kata perpisahan
dan kaupun acuh dengan keadaan malaikatmu itu
acuh saat dimintanya untuk mengambikan segelas air untuknya
karena ia sudah tak mampu lagi bangkit dari ranjang reotnya

Tibalah hari itu
hari dimana kau harus mengembalikan aku padanya
dengan bangga  atau menyesalkah dirimu?
dinginnya tubuh malaikatmu itu bisa kau rasakan bukan?
kemudian kau bentangkan aku diatasnya
dengan harapan tubuh malaikatmu itu bisa hangat
sehangat kasih sayangnya ketika ia membalutmu dengan selendang yang sama saat kau kedinginan dulu.

kemudian kamu nangis
kemudian kamu baru sadar
kemudian kamu menyesal
kemudian kamu ingin berubah
namun itu belum terlambat Lala...
sebelum itu terjadi, pastikan...
menangislah di depannya dengan semua kesalahanmu yang dihias dengan kata maaf
sadarilah bahwa malaikatmu itu adalah juga cintamu dan hidupmu
sesalilah atas keacuhan, keangkuhan, kemarahan yang telah kau perbuat pada malaikatmu
berubahlah dari sekarang, berikan yang terbaik untuknya.

setelah perbincangan itu, kamar Lala jadi hening
keheningan itu lalu disusul isakan tangis Lala
segera ia membuka pintu lalu memeluk malaikutnyaa... yaitu ibunyaa...

IBU, TERIMA KASIH
KAULAH MALAIKATKU, ANUGERAH DARI-NYA




STANLEY MILGRAM : EKSPERIMEN KEPATUHAN (OBEDIENCE)



The Milgram Experiment, atau Eksperimen Kepatuhan Pada Sosok Otoritas (Experiment on Obedience to Authority Figures) merupakan salah satu eksperimen paling kontroversial di dunia psikologi. Kontroversial bukan hanya karena metodenya yang sering dianggap melanggar etika, tapi juga karena eksperimen ini berhasil mengungkap sisi gelap manusia.

Eksperimen Milgram merupakan rangkaian awal dari eksperimen psikologi sosial yang dilakukan oleh psikolog Stanley Milgram dari Yale University, untuk mengukur keinginan  subjek penelitian dalam mematuhi tokoh otoritas yang memberikan mereka instruksi untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan hati nurani pribadi. Eksperimen mulai pada bulan Juli 1961, tigabulan setelah mulainya pengadilan penjahat perang Adolf Eichmann di Jerussalem. Milgram menyusun eksperimennya untuk menjawab pertanyaan : “Mungkinkah Eichmann dan jutaan kaki tangannya pada peristiwa holocaust (pembantaian Yahudi sewaktu Perang Dunia ke-2) hanya semata-mata mengikuti perintah? Dapatkah kita mneyebut mereka semua hanya antek-antek belaka?”

Sebelum melakukan eksperimen, Milgram mengadakan pemungutan suara pada 40 psikolog menanyakan kepada mereka pada titik mana mereka percaya subjek-guru akan berhenti memberikan kejutan listrik dan menentang eksperimen. Semua respondden pemungutan suara percaya bahwa hanya sedikit orang sadis (sekitar 1,2%) dari subjek perumpamaan akan memberikan kejutan maksimum 450 volt. Milgram juga secara informal menanyai koleganya dan menemukan bahwa mereka juga yakin bahwa hanya sedikit subjek yang akan sampai pada tegangan yang sangat kuat. Mereka memberi gambaran kasar kira- kira satu subjek dalam seribu. Pada praktiknya, 65% subjek sepenuhnya patuh untuk melaksanakan kejutan maksimum sampai ketika mereka diperintahkan untuk berhenti. Presentasi ini tidak berubah ketika kelompok yang diuji adalah perempuan.

ETIKA DALAM PENELITIAN PSIKOLOGI
PENELITIAN 1 : EKSPERIMEN MILGRAM
Eksperimenter memerintahkan subjek/partisipan untuk memberikan yang dipercayai subjek sebagai kejutan listrik yang menyakitkan kepada subjek lain, yang sebenarnya merupakan seorang aktor yang sesungguhnya dalah sekutu eksperimenter. Subjek percaya bahwa setiap jawaban salah , sekutu menerima kejutan listrik yang sebenarnya, namun sebenarnya tidak terdapat kejutan listrik. Setelah sekutu dipisahkan dari subjek, sekutu menyetel tape recorder yang diintregasikan dengan generator kejutan listrik, yang memainkan suara yang direkam sebelumnya setiap tingkat kejutan.

Eksperimen dimulai dengan mengajak subjek melihat dua orang yang berpegangan tangan dan membuat suara aneh sampai salah satu diberi kejutan listrik. Pemeran eksperimenter dimainkan oleh guru biologi yang keras dan tidak menunjukkan perasaan yang berpaikan dalam seragam teknisi, dan korban dimainkan oleh akuntan Amerika-Irlandia yang dilatih untuk melakukan peran tersebut. Partisipan dan sekutu diminta eksperimenter bahwa mereka harus berpartisipasi dalam eksperimen untuk membantu penelitiannya dalam ingatan dan belajar pada situasi yang berbeda.

Dua buah kertas diberikan kepada partisipan dan sekutu. Partisipan dibuat percaya bahwa salah satu berkas menyebut “murid” dan yang lainnya menyebut “guru”, kemudian dia dan aktor diberikan berkas secara acak. Pada kenyataannya kedua berkas menyebut “guru”, tetapi aktor akan menyatakan bahwa dia memperoleh berkas “murid”, sehingga menjamin bahwa partisipan akan selalu mendapatkan berkas “guru”. Pada saat ini, “guru” dan “murid” dipisahkan ke dalam ruangan yang berbeda yang membuat mereka dapat berkomunikasi namun tidak dapat melihak satu sama lainnya.dalam salah satu versi eksperimen, sekutu dengan jelas menyatakan kepada partisipan bahwa ia mengidap penyakit jantung.

Partisipan percaya bahwa setiap jawaban salah, “murid” menerima kejutan yang sesungguhnya. Pada kenyataannya tidak terdapat kejutan listrik. Setelah sekutu terpisah denga partisipan, sekutu menyetel tape recorder yang tersambung dengan generator kejutan listrik, yang memainkan suara yang direkam sebelumnya pada masing-masing tingkat kejutan. Setelah sejumlah penambahan tingkat voltase , aktor mulai memukul mukul tembok yang memisahkan dengan partisipan. Setelah berkali- kali memukul dinding dan mengeluh tentang penyakit jantungnya, seluruh respon “murid” akan berhenti.
Pada titik ini banyak orang mengindikasikan keinginan mereka untuk menghentikan eksperimen dan memeriksa “murid”. Beberapa subjek berhenti pada 135 volt dan mulai menyanyakan tujuan eksperimen. Kebanyaka meneruskan setelah diyakinkan bahwa mereka tidak memegang tanggung jawab. Beberapa subjek mulai tertawa ketakutan atau memperlihatkan tanda-tanda stres yang ekstrim begitu merek mendengar teriakan kesakiatan dari “murid”. Pada setiap saat subjek mengindikasikan keinginan untuk menghentikan eksperimen, dia akan diberikan dorongan verbal beruntuk oleh eksperimenter, dengan urutan sebagai berikut:

                Harap diteruskan.
                Eksperimen menghendaki Anda meneruskan.
                Benar-benar sangat penting, Anda harus meneruskan.
                Anda tidak punya pilihan lain, anda harus jalan terus.

Jika subjek tetap ingin berhenti setelah keempat dorongan verbal beruntun, eksperimen dihentikan. Jika tidak, eksperimen akan dihentikan setelah memberilan kejutan maksimum 450 volt setelah tiga kali berturut-turut.

Dalam rangkaian pertama eksperimen Milgram, 65% (26 dari 40) partisipan eksperimen melaksanakan kejutan akhir 450 volt, walaupun kebanyakan dari mereka tidak nyaman melakukannya. Pada titik tertentu, semua partisipan ini berhenti dan mempertanyakan eksperimen, bahkan beberapa diantaranya menyatakan bahwa mereka akan mengembalikan uang bayaran partisipasi eksperimen ini. Tidak ada partisipan yang secara tegas menolak melakukan kejutan sebelum mencapai tingkat 300 volt.

Tabel berikut menunjukkan jumlah subjek yang berhenti pada masing-masing tingkatan:

Level
Voltase
LK
PR
ke-1
15


ke-2
30


ke-3
45


ke-4
60


ke-5
75


ke-6
90


ke-7
105


ke-8
120


ke-9
135
1

ke-10
150
5
4
ke-11
165
1
1
ke-12
180
1
2
ke-13
195


ke-14
210

1
ke-15
225


ke-16
240


ke-17
255


ke-18
270

2
ke-19
285
1

ke-20
300
1
1
ke-21
315
3
2
ke-22
330

1
ke-23
345
1

ke-24
360
1

ke-25
375


ke-26
390


ke-27
405


ke-28
420


ke-29
435


ke-30
450
25
26




% Kepatuhan
65%
66%

Ambang tingkat ke sepuluh dan tingkat kedua puluh satu merupakan tingkat yang ditandai dengan bertambahnya ketidaknyamanan “murid”. Pada tingkat kesepuluh “murid” untuk pertamakalinya meminta untuk dilepaskan dari eksperimen. Pada tingkat kedua puluh dia mulai menolak memberikan jawaban. Pada tingkat kedua puluh satu, dia mulai berteriak dengan penuh kesakitan dan meminta lagi untuk dibebaskan.

Angka statistik ini barangkali merupaka penemuan signifikan dalam sejarah psikologi. Angka ini menunjukkan ketidakcocokan berbagai model yang dikembangkan psikolog pada saat itu dan dalam banyak hal merefleksikan asumsi tentang karakter/sisi gelap manusia.

Sumber : Kode Etik Psikolog & Ilmuwan Psikologi (Aliah B. Purwakania Hasan 22-27)