Kamis, 27 Februari 2014

Suria Sumantri Filsata Ilmu Jujun : KRITERIA KEBENARAN



Seorang anak kecil yang baru masuk sekolah, setelah tiga hari berselang, mogok tidak mau belajar. orang tuanya mencoba membujuk dia dengan segala macam daya, dari iming-imingan gula-gula sampai ancaman sapu lidi, semuanya sia sia. setelah didesak-desak akhirnya ia berterus terang, bahwa dia sudah kehilangan hasratnya untuk belajar, sebab ternyata gurunya adalah seorang PEMBOHONG.

"Coba ceritakan bagaimana dia berbohong," pinta orang tuanya sambil tersenyum.

"Tiga hari yang lalu dia berkata bahwa 3+4=7. Dua hari yang lalu dia berkata 5+2=7. Kemarin dia berkata 6+1=7. Bukankah semua ini tidak benar?'

Permasalhan yang sederhana ini membawa kita kepada apa yang disebut teori kebenaran. Apakah persyaratannya agar suatu jalan pikiran menghasilkan kesimpulan yang benar?

Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar, termasuk anak kecil kita yang tadi, yang dengan pikiran kekanak-kanakannya mempunyai kriteria kebenarannya tersendiri. bagi kita tidak sukar untuk menerima kebenaran bahwa 3+4=7 ; 5+2=7 ; 6+1=7; sebab secara deduktif dapat dibuktikan bahwa ketiga pernyataan tersebut adalah benar. mengapa hal ini kita sebut benar? sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang telah dianggap benar.

Teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria tersebut di atas disebut teori koherensi. secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. bila kita menganggap bahwa "semua manusia pasti akan mati" adalah suatu pernyataan yang benar, maka peenyataan bahwa "si Polan adalah seorang manusia dan si Polan pasti akan mati" adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren. sistem matematika disusun diatas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar yakni aksioma. dengan mempergunakan beberapa aksioma maka disusun suatu teorema. diatas teorema akan dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang konsisten. Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu ukurnya.

Paham lain adalah kebenaran yang berdasarkan kepada toeri korespondensi, dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russell (1872-1970). bagi penganut teori korespondensi maka suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. maksudnya jika seseorang mengatakan bahwa "Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta" maka pernyatan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu dengan objek yang bersifat faktual  yakni Jakarta yang memang menjadi Ibu Kota Indonesia. sekiranya orang lain yang menyatakan bahwa "Ibu Kota Republik Indonesia dalah Bandung" maka pernyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat objek yang dengan pernyataan tersebut. dalam hal ini maka secara faktual "Ibu Kota Republik Indonesia adalah bukan Bandung melainkan Jakarta."

Kedua teori ini yakni teori koherensi dan korespondensi kedua-duanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. penalaran teoretis kedua-duanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. penalaran teoretis yang berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi ini. sedangkan proses pembuktian secar empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori kebenaran pragmatis.

Teori pragmatis dicetuskan oleh Charles S.Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul "How to Make Our Ideas Clear". teori ini kemudian dikembangkan oleh bebrapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. ahli-ahli filsafat ini diantaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Herbert Mead (1863-1931) dan C.I Lewis.

Bagi seorang pragmatis maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyatan dianggap benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai keguanaan praktis dalam kehidupan manusia. sekiranya ada orang yang menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X dianggap benar, sebab teori X ini adalah fungsional dan mempunyai kegunaan. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran sebagaimana disebutkan di atas. kaum pragmatis berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggapnya fungsional dan berguna dalam menafsirkan gejla-gejala alamiah. kriteria pragmatis ini juga dipergunakan oleh ilmuan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dalam perspektif waktu. secara historis maka pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis; selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar; sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan. pengetahuan ilmiah itu memeang tidak berumur panjang. seperti diungkapkan sebuah pengumpulan pendapat di kalangan ahli-ahli fisika, bahwa teori tentang partikel takkan berumur lebih dari empat tahun. untuk ilmi-ilmu lainnya yang agak kurang berhasil dalam menentukan hal hal baru, seperti embriologi, sebuah revisi dapat diharapkan tiap kurun waktu lima belas tahun.

Sumber:Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jujun S Suriasumantri 2010:55-59)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar